Kamis, 08 November 2012

PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHSISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Manusia pada hakekatnya merupakan makhluk sosial yang dimana, manusia dalam hidup selalu melakukan kegiatan belajar. Manusia belajar sejak lahir dan dilakukan secara terus-menerus selama merasa itu hidup, yang selalu berusaha berkembang kearah lebih baik. Belajar bukan merupakan tujuan, akan tetapi belajar adalah merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup tiap individu
Dalam proses belajar mengajar ini, ada beberapa hal yang sangat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa, faktor-faktor dapat mendukung atapun menghambat porses belajar siswa. Semakin banyak faktor pendukung kegaiatan belajar, maka semakin besar kemungkinan terjadi perubahan tingkah laku yang diharapkan. Demikian juga sebaliknya semakin banyak faktor yang menghambat kegiatan belajar siswa maka akan semakin kecil kemungkinan terjadinya perubahan tingkah laku.
Faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa bersumber dari dalam diri mahasiswa maupun lingkungan. Faktor dari dalam diri mahasiswa disebut faktor internal sedangkan faktor dari luar diri siswa biasa disebut dengan faktor eksternal.
Faktor internal menjangkau seluruh pribadi siswa termasuk fisik dan mental. Faktor internal ini memiliki beberapa faktor yaitu faktor fisiologi yang bersifat bawaan ataupun diperoleh dari faktor psikologis.
Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar diri siswa yang bersangkutan. Faktor eksternal ini dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor sosial dan faktor non-sosial. Faktor sosial adalah yang berhubungan dengan manusia, baik manusia disekitarnya maupun banyak reprentasinya. Seperti foto-foto orang yang di cintainya suasana yang hilir mudik di muka kelas, suara nyanyian yang disiarkan melalui radio, televisi, tape record, dan lain-lain.
Faktor non-sosial adalah beberapa faktor yang datang dari luar yang berupa keadaan cuaca, waktu, tempat/lokasi gedung, tempat belajar, alat-alat yang di pakai untuk belajar seperti: alat tulis-menulis, buku-buku, alat-alat peraga dan lain-lain.
Semua faktor di atas secara bersama-sama akan mempengaruhi proses dari belajar mahasiswa. Dari pembahasan diatas, peneliti mengambil bahwa faktor motivasi dapat dikategorikan faktor internal dan juga faktor eksternal karena motivasi sendiri dapat didapatkan dari dalam maupun luar diri mahasiswa. Dan juga faktor motivasi merupakan salah satu faktor yang memberikan sumbangsi yang besar untuk meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Dan juga merupakan faktor yang penting dari individu yang mempengaruhi proses dari hasil belajar.


B.  Rumusan Masalah
Adapun beberapa masalah yang timbul yang perlu dibahas lanjut dalam pembahasan materi ini, antara lain sebagai beriikut:
1.      Bagaimanakah gambaran motivasi pada mahasiswa pendidikan administrasi perkantoran?
2.      Bagaimanakah prestasi belajar pada mahasiswa pendidikan administrasi perkantoran.?
3.      Bagaimanakah gambaran pengaruh motivasi terhadap prestasi akademik mahasiswa pendidikan administrasi perkantoran?
C. Tujuan
Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui gambaran motivasi pada mahasiswa pendidikan administrasi perkantoran
2.      Untuk mengetahui gambaran prestasi belajar pada mahasiswa pendidikan administrasi perkantoran.
3.      Untuk mengetahui gambaran pengaruh motivasi terhadap prestasi akademik mahasiswa pendidikan administrasi perkantoran
C.  Manfaat
Dari setiap penelitian yang dilakukan dipastikan dapat memberi manfaat baik bagi objek, atau peneliti khususnya dan juga bagi seluruh komponen yangterlibat didalamnya. Manfaat atau nilai guna yang bisa diambil dari penulisanskripsi ini adalah :
1.      Segi Teoritis
a.    Untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam disiplin pendidikan bahwa motivasi memiliki andil dalam prestasi akademik mahasiswa.
b.    Untuk memperkuat teori bahwa motivasi yang tinggi dapat memicu kreatifitas mahasiswa dalam berprestasi.
2.      Segi Praktis
a.    Dengan adanya dan motivasi yang tinggi dari mahasiswa dapat meningkatkan prestasi akademik dengan dampak hasil belajar yang memuaskan.
b.    Sebagai bahan dokumen untuk penelitian lebih lanjut.

























BAB II
KERANGKA TEORI

A.  Deskripsi Teori
1.      Pengertian Motivasi
Nasution (1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.” Sedangkan Menurut Wlodkowsky (dalam Sugihartono dkk, 2007) Motivasi adalah suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut.
Chalijah Hasan menjelaskan bahwa: “motivasi satu kesatuan yang merupakan dorongan individu untuk melakukan sesuatu seperti yang di inginkan atau dikehendaki”.
Sebuah keluarga sakinah terutama ayah (suami) dan ibu (istri) yang memberikan motivasi kepada individu berarti menggerakan seseorang untuk melakukan aktivitas belajar. Sebagaimana pandangan Sadirman AM, yaitu “memberikan motivasi pada seseorang berarti menggerakan individu untuk melakukan sesuatu.
Pada tahap awal akan menyebabkan si subyek belajar itu merasa ada kebutuhan dan ingin melakukan sesuatu kegiatan belajar.
Menumbuhkan motivasi dapat dilakukan dengan cara memberitahukan bahwa belajar itu merupakan keharusan atau kewajiban bagi setiap orang Islam, sebagaimana firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 122.
Dengan adanya dasar yang kuat tersebut, seorang anak akan termotivasi dirinya untuk belajar, karena mengetahui belajar itu merupakan kewajiban bagi setiap umat manusia.
Sebuah keluarga yang sakinah, terutama ayah dan ibu bisa menanamkan dan menumbuhkan motivasi secara efektif. Motivasi sebagai proses mengantarkan individu kepada pengalaman-pengalaman yang memungkinkan merekan dapat belajar. Dalam keluarga sakinah akan memiliki hubungan kodrat dan kekal.
Jika kampus menekankan perkembangan inteligensi (IQ), maka dalam keluarga seharusnya merupakan institusi perkembangan kecerdasan emosional (EQ).
2. Fungsi Motivasi
Perlu ditegaskan, bahwa motivasi bertalian dengan suatu tujuan yang berpengaruh pada aktifitas, maka fungsi motivasi menurut Sadirman AM, adalah :
1.    Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2.    Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3.    Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisikan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Disamping itu motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha pencapaian prestasi seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Demikian posisi motivasi yang sangat vital, namun bukan berarti seseorang dapat mencapai hasil belajar yang baik, karena berhasil tidaknya seseorang dalam belajar itu tidak hanya dipengaruhi oleh motivasi saja, melainkan banyak faktor yang mempengaruhinya, hal ini sejalan dengan pendapat Ngalim Purwanto yang menjelaskan bahwa : “berhasil tidaknya belajar itu tergantung pada macam-macam faktor”.
Adapun faktor-faktor itu dapat dibedakan menjadi dua golongan :
1.    Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut dengan faktor individual.
2.    Faktor yang ada diluar individu kita sebut dengan faktor sosial. Yang termasuk faktor individual : kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain : keluarga, dosen dan cara mengajar, lingkungan, serta kesempatan yang tersedia didalam motivasi.
Dengan melihat uraian diatas, maka dapat dipahami bahwa dengan adanya motivasi pada diri anak yang dibangkitkan melalui pemberian motivasi belajar yang cukup, baik intrinsik maupun ekstrinsik, kondisi keluarga yang menunjang yaitu ketenangan, ketentraman serta nuansa mawaddah wa rahmah serta terpenuhinya sarana dan prasarana belajar, maka kegiatan belajar terlaksana secara optimal
3. Macam-Macam Motivasi
Motivasi diri timbul dan berkembang terdapat dalam dua dasar utama yakni : motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
a. Motivasi Intrinsik
Menurut Sadirman AM, motivasi intrinsik adalah : “motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu di rangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu”.
Dengan demikian motivasi intrinsik dapat pula dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan pada suatu dorongan dalam diri dan secara mutlak terkait dengan aktivitas belajar. Sedangkan menurut Chalijah Hasan motivasi intrinik adalah : “jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain”
Ada beberapa macam terbentuknya motivasi intrinsik dalam kegiatan belajar, antara lain :
1). Adanya Kebutuhan
Menurut Ngalim Purwanto : “Tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun psikis”.
Dari pendapat tersebut, bagi keluarga sakinah yang bermaksud memberikan motivasi kepada seseorang, maka harus berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan anak yang akan dimotivasi.
Menurut Yaumil Agoes : “memahami kebutuhan individu adalah semata-mata untuk memberi peluang pada seseorang memilih berbagai alternatif yang tersedia dalam suatu lingkungan yang kaya stimulasi”. Berdasarkan kepada pendapat tersebut dapat dipahami bahwa orang tua harus mengetahui kebutuhan individu.
2). Adanya Cita-Cita
Selanjutnya pendorong yang mempunyai pengaruh besar adalah adanya cita-cita. Cita-cita merupakan pusat bermacam-macam kebutuhan-kebutuhan, artinya kebutuhan-kebutuhan itu biasanya direalisasikan di sekitar cita-cita itu. Sehingga cita-cita tersebut mampu memberikan energi kepada individu untuk melakukan sesuatu aktifitas belajar.
Jadi seseorang anak harus mempunyai cita-cita dan dengan cita-cita tersebut dapat meraih apa saja yang diinginkan. Selanjutnya Zakiah Daradjad menjelaskan bahwa : “Manfaat sikap-sikap cita-cita dan rasa ingin tahu anak. Pada umumnya individu-individu preadolescent dan permulaan adolesent memiliki cita-cita yang tinggi dan sering mereka memberi respon dalam bentuk kerja sama permainan, kejujuran dan karajinan”.
Dari pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa perlu pemberian motivasi yang tepat terhadap anak yang belum mengetahui pentingnya belajar yang menunjang terhadap pencapaian cita-citanya. Disinilah peranan dan kontribusi keluarga di tuntut untuk memberikan motivasi, agar seseorang dapat melakukan perbuatan yang dapat menunjang pencapaian cita-citanya dan dalam hal ini, kontribusi keluarga sakinah pencapaian cita-cita dan dalam hal ini, kontribusi keluarga sakinah diwujudkan dengan cara menerangkan manfaat belajar, sehingga individu merasa terpanggil untuk tetap belajar secara efektif dan efisien agar dapat menggapai cita-citanya.
3) Keinginan Tentang Kemajuan Dirinya
Di dalam proses belajar, motivasi memang memegang peranan penting. Menurut Sadirman bahwa : “melalui aktualisasi diri pengembangan kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang. Keinginan dan kemajuan diri ini menjadi salah satu keinginan diri seseorang. Keinginan dan kemajuan diri ini menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu”.
4) Minat
Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan kalau disertai dengan minat.
b. Motivasi Ekstrinsik
Menurut Chalijah Hasan motivasi ekstrinsik adalah “jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar”. Sedangkan Sadirman menyebutkan : “motivasi ekstrinsik itu adalah motif-motif yang aktif dan fungsinya karena adanya perangsang dari luar”.
Motif ekstrinsik dapat pula dikatakan sebagai suatu bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar yang diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Berdasarkan pada pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi ekstrinsik itu aktif jika di rangsang dari luar dan mempunyai kontribusi besar dalam menumbuhkan motivasi ini adalah keluarga sakinah, sebagai tempat yang pertama dan utama dalam proses pendidikan. Dengan berbagai cara keluarga sakinah dapat melakukan rangsangan untuk motivasi belajar seseorang.
Individu didalam melakukan sesuatu aktifitas belajar seringkali mengalami kesulitan dan untuk mengatasi kesulitan tersebut keluarga sebagai pilar utama harus membantu anak dalam mengatasi kesulitan tersebut. Dengan pemberian dan penanaman motivasi kepada anak dapat menjadikan seseorang tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, lepas dari ketergantungan serta tidak mudah putus asa.
Ada beberapa cara untuk menumbuhkan dan membangkitkan individu agar melakukan aktifitas belajar, diantaranya adalah :
1) Pemberian Hadiah
Hadiah merupakan alat pendidikan yang bersifat positif dan fungsinya sebagai alat pendidik represif positif. Hadiah juga merupakan alat pendorong untuk belajar lebih aktif. Keluarga sakinah dapat memilih macam-macam hadiah dengan disesuaikan dengan sutuasi dan kondisi tertentu.
Motivasi dalam bentuk hadiah ini dapat membuahkan semangat belajar dalam mempelajari materi-materi pelajaran. Dan sebuah keluarga yang sakinah harus memilih waktu yang tepat, yaitu kapan hadiah tersebut akan diberikan untuk mendatangkan pengaruh positif terhadap individu.
2) Kompetensi
Saingan atau kompetensi dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong belajar anak, baik persaingan individu maupun kelompok dalam rangka meningkatkan prestasi akademik mahasiswa. Memang unsur persaingan itu banyak digunakan dalam dunia industri dan perdagangan, tetapi sangat baik jika digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar mahasiswa.
3) Hukuman
Hukuman merupakan pendidikan yang tidak menyenangkan, alat pendidikan yang bersifat negatif, namun demikian dapat menjadi alat motivasi atau pendorong untuk mempergiat belajar anak. Mahasiswa akan berusaha untuk mendapatkan tugas yang menjadi tanggung jawanya, agar terhindar dari hukuman.
Ishom Ahmadi menyebutkan, “Hukuman adalah termasuk alat pendidikan represif yang bertujuan menyadarkan peserta didik agar melakukan hal-hal yang baik dan sesuai dengan tata aturan yang berlaku”. Sebelum hukuman diberikan, hendaknya pendidikan atau orang tua mengetahui tahapan-tahapan seperti yang disebutkan oleh Ishom Ahmadi, antara lain :
a). Pemberitahuan
b). Teguran
c). Peringatan
d). Hukuman.

4) Pujian
Menurut Sadirman adalah “Bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik”.[16] Apabila mahasiswa berhasil dalam kegiatan belajar, pihak keluarga perlu memberikan pujian pada mahasiswa. Positifnya pojian tersebut dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan prestasi, akan tetapi pujian yang diberikan kepada mahasiswa tidak berlebihan.
Karena apabila terlalu sering, maka anak akan menjadi besar kepala dan manja. Oleh karena itu pujian hendaknya diberikan secara wajar saja agar menjadi motivasi bagi mahasiswa.
           2. Prestasi Belajar atau Prestasi Akademik
a. Pengertian pretasi belajar
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok (Djamarah, 1994:19). Sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul Dahar dalam Djamarah (1994:21) bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.
Menurut Slamet (1995 : 2) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Secara sederhana dari pengertian belajar sebagaimana yang dikemukakan oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu pemahaman tentang hakekat dari aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi akademik adalah hasil yang telah dicapai mahasiswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Untuk mencapai prestasi belajar mahasiswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar mahasiswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa antara lain adalah faktor keluarga, kampus, masyarakat dan sebagainya.
1.     Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
a.    Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang mahasiswa mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi.”
Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.”
Dari pendapat di atas diketahui bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seseorang dalam usaha belajar.
b.   Bakat
Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.
Dari pendapat di atas diketahui bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
c.    Minat
Menurut Slameto (1995:57) mengemukakan bahwa minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.”
Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah “suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.”
Berdasarkan pendapat di atas, diketahui bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat mahasiswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang mahasiswa di dalam menerima pelajaran di kampus, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki mahasiswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
d.   Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan mahasiswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang peserta didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
Nasution (1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.” Sedangkan Menurut Wlodkowsky (dalam Sugihartono dkk, 2007) Motivasi adalah suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut.

Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang mahasiswa yang menyebabkan mahasiswa tersebut melakukan kegiatan belajar.
Dalam memberikan motivasi seorang dosen harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian mahasiswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri mahasiswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
2.  Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri mahasiswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya.
Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan kampus dan lingkungan masyarakat.”
a.  Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.”
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
Dalam hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan: “Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah mahasiswa pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan mahasiswa ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.”

Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan kampus merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan dosen sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar mahasiswa di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga mahasiswa dapat belajar dengan tekun. Karena mahasiswa memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.
b.  Keadaan Kampus
Kampus merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar mahasiswa, karena itu lingkungan kampus yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan kampus ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan dosen dengan mahasiswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara dosen dengan mahasiswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan “guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.

c.  Lingkungan Masyarakat
Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar mahasiswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi mahasiswa, sebab dalam kehidupan sehari-hari mahasiswa akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana mahasiswa itu berada.
Dalam hal ini Kartono (1995:5) berpendapat: Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula.

B.  Kerangka Berpikir
       Dalam penelitian ini, kerangka berfikir akan menjadi landasan untuk menjelaskan bagaimana lingkungan keluarga dan motivasi belajar mempengaruhi prestasi akademik. Untuk itu akan dijelaskan bagaimana rasionalisasi kerangka berfikir sebagai berikut :
Motivasi mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Seorang mahasiswa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar akan berdampak terhadap prestasi akademiknya dimana akademik akan memacu dirinya untuk terus meningkatkan prestasi belajarnya, sebaliknya jika motivasi mahasiswa rendah maka akan cenderung menjadi anak yang malas dan ini akan berdampak pada menurunnya prestasi mahasiswa di perguruan tinggi.
C.  Hipotesis
       Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap  rumusan masalah yang diajukan (Sugiyono, 2009:284).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1.    Ada pengaruh motivasi terhadap prestasi akdemik Pendidikan Administrasi Perkantoran UNM.












BAB III
METODE PENELITIAN

A.Variabel dan Desain Penelitian
1. Variabel Penelitian
            Berdasarkan judul dan masalah yang akan diteliti, maka variabel dalam penelitian ini adalah motivasi (X) sebagai variabel independen/bebas dan prestasi belajar mahasiswa (Y) sebagai variabel dependen/terikat.
2.   Desain Penelitian
Penelitian ini adalah termasuk penelitian kuantitatif dengan tujuan asosiatif yaitu untuk menjelaskan hubungan kausal (pengaruh) variabel sifat-sifat motivasi (X) terhadap prestasi belajar (Y) mahasiswa Pendidikan Administrasi Perkantoran. Adapun desain penelitiannya adalah sebagai berikut :
Y
 
X

 
                                                                                

B.  Defenisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
1.   Defenisi Operasinal Variabel
Definisi operasional merupakan suatu definisi yang dinyatakan dalam criteria atau operasi yang dapat diuji. Dalam penelitian ini, operasional variabel yang digunakan adalah sebagai berikut :
1)      Variabel Independen/bebas, yaitu sifat-sifat motivasi.
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan.
Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan kalau disertai dengan minat. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
2)      Variabel dependent/terikat yaitu prestasi belajar
Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh seorang mahasiswa dalam suatu proses belajar mengajar. Prestasi belajar merupakan pencapaian seorang mahasiswa dalam belajar yang dimana ini biasanya merupakan garis batas dimana mahasiswa yang hasil kerjanya dibawah garis ini dianggap tidak lulus dalam ujian kompetensi.
2.       Pengukuran Variabel
Untuk mengukur variabel penelitian ini maka digunakan instrument berupa angket dengan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada responden dengan berpedoman pada indikator-indikaior yang telah ditentukan dengan memodifikasi skala ordinal yang dikemukakan oleh Arikunto (1998: 246) 86-100 % Sangat Baik, 76-85 % Baik, 56-75 % Cukup Baik, 40-55 % Kurang baik, <40% Tidak baik, pada item-item pertanyaan di mana setiap pertanyaan memuat alternatif jawaban yang mengandung perbedaan nilaiantara jawaban yang satu dengan jawaban yang lain. Perbedaan ini nampak dalam pemberiaan bobot.
Terkait dengan pemberian bobot tersebut maka dapat diuraikan bahwa untuk pilihan jawaban a diberikan bobot dengan nilai 5, untuk pilihan jawaban b diberikan bobot dengan nilai 4, untuk pilihan jawaban c diberikan bobot dengan nilai 3, untuk pilihan jawaban d diberikakab bobot dengan nilai 2 dan untuk pilihan jawaban e diberikakan bobot dengan nilai 1.
C. Populasi dan Sampel
1.   Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa administrasi perkantoran Fakulatas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar yang terdaftar di BAAK dan aktif mengikuti perkulihan dimulai dari angkatan 2009 hingga 2012.
Tabel populasi penelitian
No.
Angkatan
Populasi
1
2009
84
2
2010
43
3
2011
41
4
2012
90
Total
259
Sumber : Prodi Pendidikan Administrasi Perkantoran


  1. Sampel
Sugiyono mengemukakan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Bila populasi besar dan tidak munkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenga dan waktu maka, dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative.
Penetuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin (Ridwan 2009:21) yaitu sebagai berikut :
n =
diman :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
                 
Dari rumus tersebut diatas, maka didapatkan nilai sebagai berikut :
n =
n =
n =
n = 157,20 (dibulatkan 157)
Atas dasar itu, maka jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 157 responden dengan rincian sebagai berikut :
No.
Angkatan
Populasi
Sampel
1
2009
84
44
2
2010
43
29
3
2011
41
29
4
2012
90
55
Total
259
157

D. Teknik Pengumpulan Data
1.   Angket
Angket ini ditujukan kepada mahasiswa Program Studi Pendidikan Adminitrasi Perkantoran untuk mengumpulkan sebagian besar data yang dibutuhkan dari sejumlah pertanyaan secara tertulis yang diajukan kepada responden yang mendapat bimbingan atau petunjuk dari peneliti dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 159 orang.
2.   Dokumentasi
Teknik ini digunakan dalam memperoleh sejumlah data melalui pencatatan dari sejumlah dokumen atau bukti tertulis seperti keadan populasi, struktur organisasi, data dan sebagainya.
E.  Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis statistik deskriptif dan teknik analisis inferensial yang bertujuan untuk mengkaji variabel penelitian.
1.   Analisis Statistik Deskriptif
Teknik analisis data deskriptif merupakan jenis analisis data yang dimaksudkan untuk mengungkapkan atau mendeskripsikan keadaan atau karakteristik masing-masing variabel penelitian secara tunggal dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi, presentasi, rata-rata (mean) dan standar deviasi.
1)      Rumus Presentase
      
Dimana:
F = Frekuensi jawaban responden
N = Jumlah skor idela yanh diharapkan

2)      Rumusan Rata-rata (Mean)
M
Dimana:
N = Jumlah Data
M = Rata-rata
X = Nilai/harga

3)      Standar Deviasi
    σn-1 =
Dimana :
σn-1 = Standar Deviasi
X = Nilai/Harga
n = Jumlah data
2.   Analisis Statistik Inferensial
a.    Uji Normalitas Data
Untuk mengetahui kenormalan suatu data tentang motivasi (X) dan prestasi akademik (Y) yang telah dikumpulkan, maka dilakukan suatu uji normalitas data. Uji normalitas data ini menggunakan rumus Chi Kuadrat oleh Sugiono (2009:241), yaitu:
 =
Dimana:
   : Koefisien Korelasi
     : Frekuensi yang diobservasi
      : Frekuensi yang diharapkan
Kriteria pengujian ini dilakukan dengan membandingkan harga Chi xkuadrat dengan Chi Kuadrat Tabel. Bila harga Chi Kuadrat hitung lebih kecil atau sama dengan Chi Kuadrat table (X), maka distribusi dinyatakan normal, dan apabila lebih besar (>) dinyatakan tidak normal.
b.   Uji Korelasi Product Moment
Uji korelasi Product Moment digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel motivasi dan prestasi akademik mahasiswa Pendidikan administrasi Perkantoran. Untuk keperluan ini digunakan rumus Korelasi Product Moment, sebagai berikut:
r xy =
Dimana:
r xy    : Koefisien Korelasi
x         : Nilai Variabel X
y         : Nilai Variabel Y
Pengujian koefisien korelasi dengan menguji hipotesis,yaitu Ho : ρ = 0 lawan H1 ; ρ ≠ 0. Criteria pengujian adalah dengan ketentuan apabila bilangan r hitung > r table pada sampel (N) tertentu pada signifikan 5 %, berarti ada hubungan yang signifikan begitupula sebaliknya. Cara lain yang lebih sederhana adalah dengan menggunakan interpretasi terhadap koefisien korelasi yang diperoleh atau nilai r. interpretasi nilai r dari Sugiyono (2003:183), sebagai berikut:

Tabel 3. Tabel Interpretasi Nilai r
Besarnya Nilai r                                                  Interpretasi
Antara 0,00 – 0,199                                            Sangat Rendah
Antara 0,20 – 0,399                                            Rendah
Antara 0,40 – 0,599                                            Sedang
Antara 0,60 – 0,799                                            Tinggi
Antara 0,80 – 1,00                                              Sangat Tinggi
 

c.    Analisis Regresi Linear Sederhana
Analisis Regresi sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap Prestasi akademik mahasiswa Pendidikan Administrasi Perkantoran UNM. Menurut Sugiyono (2009:262) rumus analisis regresi sederhana, sebagai berikut:
Y = a+bX
Dimana :
Y        =-Nilai yang diprediksikan
a         = Konstanta (bila harga x = 0)
b         = Koefisien Regresi
X        = Nilai Variabel Independen
Untuk keperluan regresi linear sederhana digunakan Uji-F dengan rumus:
-          Fhitung > Ftabel = H0 ditolak dan H1 diterima.
-          Fhitung > Ftabel = H0 diterima dan H1 ditolak.
Hipotesis yang diterima adalah:
-          H0 : b = 0, melawan
-          H1 : b ≠ 0
Kriteria pengujian adalah bilamana Fhitung lebih besar daripada Ftabel pada taraf signifikan 5% maka H0 ditolak yang menyatakan bahwa motivasi tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa, begitupula sebaliknya apabila Fhitung lebih kecil dari Ftabel pada tariff signifikan 5% maka H1 diterima yang menyatakan bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa.















DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.
Hamalik, Oemar. 2006. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi aksara
Husein, Umar. 2004. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Cetakan ke-6. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Ihsan, Fuad. 2005. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Rineka cipta
Nasution,1995. Dikdatik Asas asas Mengajar. Jakarta: PT bumiaksara
Sardiman, A.M. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : C.V. Rajawali
_______2006.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar . Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
_______ 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar